SEMARANG (iPOLICENews) – Keluarga merupakan lembaga pendidikan tertinggi yang bersifat informal. Dari keluargalah anak mendapat asuhan orang tua menuju ke arah perkembangannya. Di dalam keluarga, setiap orang tua menginginkan anak yang dilahirkannya menjadi orang yang berkembang secara sempurna.
”Cerdas saja tidak cukup, tapi mesti punya ilmu agama yang memadai. Orang tua dalam pendidikan Islam sangat penting dan menentukan keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan.” Demikian dikatakan oleh Hj Arafah Nawal Taj Yasin, ketua BKOW Jateng dalam acara Peningkatan Komunikasi Politik bagi Masyarakat, dengan tema Perempuan Berdaya di Masa Kenormalan Baru Wujudkan Jawa Tengah Maju, Tahun 2021.
Ditambahkan oleh istri Wagub Jateng tersebut, dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang System Pendidikan Nasional Pasal 7 Ayat 1 dinyatakan: Orang tua berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh informasi tentang perkembangan anaknya.
“Pendidikan agama berperan besar dalam membentuk pandangan hidup seseorang, terutama dalam penumbuhan nilai-nilai takwa kepada Tuhan, jujur, disiplin, dan memiliki etos kerja yang tinggi. Pendidikan dalam keluarga adalah upaya yang dilakukan orang tua terhadap anak, agar dapat tumbuh dan berkembang sebagaimana mestinya,” kata Hj Arafah Yasin.
Di sisi lain mengutip psikolog agama, Jalaludin, Hj Arafah Nawal mengatakan keluarga merupakan lapangan pendidikan yang pertama dan pendidiknya adalah kedua orang tua “ tandasnya .
Sementara itu Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kes bangpol) Provinsi Jateng, Haerudin, dalam sambutan yang dibacakan oleh Sulistyo Utomo mengatakan sangat menghargai kerja bareng dengan BKOW karena dapat menguatkan dan memantapkan nilai-nilai Pancasila yang diterapkan melalui kehidupan sehari-hari dalam lingkup ketahanan ekonomi dan penanaman nilai – agama dalam keluarga yang berubah di masa kenormalan baru ini.
“Merupakan upaya mengupas bagaimana meningkatkan peran perempuan di kehidupan kenormalan baru dalam menjaga dan meningkatkan ketahanan keluarga melalui adaptasi di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi keluarga dan agama.” Tandas Khaerudin.
Pembicara lain, dr Risky Ika Riani, Sp Gk menjelaskan tentang gizi yang yang sangat perlu diperhatikan dalam perkembangan bangsa.
“Gizi untuk kesehatan dan produktivitas. Dengan diperbaikinya konsumsi pangan dan status gizi, produktivitas masyarakat dapat ditingkatkan sebagai modal untuk memperbaiki ekonominya dan mengentaskan diri dari kemiskinan.” Kata Risky.
“Gizi untuk pertumbuhan dan kecerdasan. Anak yang memiliki status gizi kurang atau buruk mempunyai risiko kehilangan tingkat kecerdasan atau IQ sebesar 10-15 poin .Gizi sebagai Penentu Daya Saing Bangsa. Jika gizi jadi masalah dalam jangka panjang dan menengah akan terjadi kehilangan generasi, “ kata Kiki panggilan akrab ahli gizi klinik itu.
Sedang Najelaa Shihab yang melihat dari sisi pendidikan menandaskan, pendidikan bertujuan untuk memecahkan masalah yang ada dalam kehidupan.
“Orang tua perlu selalu berkomunikasi dengan guru. Jangan hanya kalau lagi ada masalah terhadap anaknya. Kebersamaan ibu dengan anak tidak hanya bareng nonton tv, melainkan anak diajak bermain, berceritera. Ibu yang bahagia tidak selalu memarahi anak kalau lagi kesulitan. Libatkan nenek, ayah, dalam mendampingi anak,“ kata pemimpin dan pendidik “Keluarga Kita”.
Acara webinar dan luring ditutup dengan tampilnya Anne Avantie, perancang busana dari Semarang yang sejak 31 tahun lalu merangkak dari bawah, kini menjadi salah satu penjahit baju keluarga presiden Joko Widodo. Dari keluarga yang tidak harmonis, bercita-cita menjadi orang terkenal, karena ingin orang lain juga gigih seperti dirinya, berbahagia karena merasa semua dikehendaki Tuhan. Dari saat sengsara, berusaha, berbagi pada sesama. (Nn)