SEMARANG (iPOLICENews) – Masyarakat tentu sudah mengetahui apa itu Jenglot? Jenglot dipercaya memiliki kekuatan mistis dan meminum darah manusia yang bisa mengundang bencana.
Mitosnya, Jenglot atau Batara Karang merupakan makhluk menyerupai manusia yang mengecil.
Ketua Komunitas SEMARANGKER (SEMARANG ANGKER), Pamuji Yuono, Kamis (9/12/2021) menyebut, Jenglot adalah orang hominoid yang berukuran kecil, berkulit gelap dengan tekstur kasar, berwajah seperti tengkorak, bertaring mencuat dan memiliki rambut serta kuku yang panjang.
Berdasar penelusuran INDONESIANPOLICENEWS.ID di internet, Jenglot ditemukan di beberapa wilayah nusantara, seperti Jawa, Kalimantan, dan Bali.
Dalam mitos, Jenglot memang dianggap memiliki kekuatan mistis. Namun secara medis, Jenglot didefinisikan sebagai bukan makhluk hidup setelah diteliti oleh tim Forensik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), beberapa tahun silam.
Terkait Jenglot, Pamuji mengajak masyarakat untuk menyikapinya secara smart n wise (cerdas dan bijak).
Karena, kata Pamuji, segala yang ada di semesta ini adalah ciptaan Tuhan yang Maha Esa, segala yang terjadi di alam semesta ini adalah atas kehendak Tuhan yang Maha Kuasa.
Seperti kiprahnya selama ini yang menjelajahi alam ghaib, Pamuji bersama timnya pada Kamis malam Jumat Kliwon melakukan UNBOXING Jenglot, dimana Jenglot dari museum Semarangker itu ditetesi darah segar jari tangan Pamuji.
Darah segar yang mengalir dari jari tangan Pamuji yang ditusuk dengan paku santet itu diteteskan di wajah Jenglot. Namun ternyata Jenglot tersebut tidak bisa menghisap darah, bahkan Jenglot tak bergerak.
Adanya mitos bahwa Jenglot dianggap memiliki kekuatan mistis, Pamuji selalu mengajak masyarakat untuk menyikapinya dengan smart ‘n wise (cerdas dan bijak).
Sementara dilansir dari Detik.com, seorang Kyai muda kenamaan, KH Ahmad Muwafiq (Gus Muwafiq) mengatakan bahwa asal usul Jenglot adalah makhluk yang muncul di akhir era kerajaan Majapahit. Menurutnya makhluk itu adalah manusia yang mendalami suatu ilmu.
“Dia makhluk yang sudah pernah menjadi tren pada zamannya. Jadi tren jenglot di kisaran Majapahit, era Jenglot itu di akhir Majapahit awal Demak setelah itu jarang ditemui,” katanya.
Dulunya, kata Gus Muwafiq, ada orang yang mempunya ilmu, semacam ilmu rawa rontek. Ketika dia mau melepas kehidupannya tidak bisa dan jadi mengecil.
Menurutnya, regenerasi Jenglot muncul dari mengaitkan dan membuat publikasi-publikasi soal Jenglot. Namun, kebanyakan Jenglot yang terpublikasi bukan yang asli.
“Coba saja kalau ketemu Jenglot dibedah, kalau yang asli bentuknya seperti manusia tapi memang mengecil, meski keriput dia mengecil tapi utuh. Bukan benda mati, seperti boneka itu, karena Jenglot itu bergerak,” ujarnya.
Terkait imbauan kepada masyarakat, Gus Muwafiq meminta agar masyarakat tidak menyikapi temuan Jenglot sebagai sesuatu yang heboh. Pasalnya Jenglot adalah bagian dari peradaban masa lalu dan saat ini banyak yang palsu.
“Masyarakat kalau menemukan Jenglot seperti menemukan keris saja, artinya sisa-sisa peradaban masa lalu. Jadi kalau ketemu Jenglot jangan terlalu heboh, karena bisa jadi itu bukan Jenglot asli,” ucapnya. (Nn)
Jaya selalu Semarangker
Yesyu SEMARANGKER…..
Bravo losta masta…..
Yesyu SEMARANGKER…..
Bravo losta masta…..