Petani Tembakau Ramai-Ramai Berburu Lahan Kosong Di Pusat Kota Boyolali

BOYOLALI (iPOLICENews)— Para petani tembakau dari lereng Merapi mulai ramai-ramai turun ke wilayah pusat Kota Boyolali. Mereka berburu lahan kosong untuk mengeringkan irisan daun tembakau saat musim panen tiba (13/8).

Salah satu lokasi yang menjadi tujuan favorit para petani untuk menjemur tembakau adalah Pasar Sapi Jelok. Pasar tersebut sepi sejak adanya penutupan karena adanya penyebaran Penyakit Mulut dan Kulit (PMK).

Kini Pasar Jelok itu dimanfaatkan warga untuk mengeringkan hasil panen petani tembakau dari Cepogo.
Hesa (40), salah satu petani yang mengeringkan hasil panen tembakau di Pasar Sapi Jelok Boyolali mengatakan bahwa di daerah tinggalnya sulit untuk mendapatkan panas matahari.

“Di atas kalau sudah mendung, awan nya ngga mau hilang, jadi mendung rata. Kalau mau menjemur tembakau selalu turun ke dataran rendah dulu,” katanya.

“Karena kalau tembakau kan pengeringan nya harus sekali selesai biar kualitasnya bagus,” kata Hesa. (13/8).

Dia menerangkan, setiap tahun ia selalu mengeringkan tembakau di area dekat Kota Boyolali, seperti Pasar Sapi Jelok dan Indrokilo.

“Kami baru dua kali ke sini, kemarin dan hari ini. Tahun sebelumnya ke Indrokilo,” ucapnya.

Numpang mengeringkan tembakau tidaklah gratis. Per satu pikap dikenai biaya Rp20.000, dia mengeluh biaya yang dikeluarkan selama pengeringan tersebut cukup banyak.

“Biaya retribusi pemakaian lahan dikenai Rp20.000 untuk satu pikap. Sedangkan sekali angkut menggunakan pikap dari rumah sendiri habis Rp50.000. itu saja pikap nya milik sendiri, kalau sewa pasti lebih mahal,” katanya.

Bersama kedua rekannya yang juga petani tembakau, Hesa tiba di Pasar Sapi Jelok Boyolali pukul 08.00 WIB. Selama sehari penuh, ia menunggu keringnya tembakau di gubuk yang berada di pinggir area pengeringan.

“Pengeringan tembakau memakan waktu enam hingga delapan jam. Kami menunggu sampai sore jam pukul 16.00 WIB,” ucap dia.

Sementara Kat ( 45 ) yang juga petani tembakau warga Cepogo mengatakan jika para petani pada saat musim panen tembakau berebut lahan pengeringan yang dekat.

“Saya ke Pasar Sapi Jelok ini baru pertama kali, biasanya saya ke Sunggingan sana yang lebih jauh dan udah di sewa, ini kebetulan dapat sini,” katanya (13/8/2022).

Satu rigen atau bambu untuk menjemur tembakau bisa memuat satu hingga dua kilogram rajangan tembakau. Ia membawa 50 rigen untuk sekali angkutan pikap.

Sambil menunggu tembakau kering, Kita menunggu di gubuk  dekat Pasar Sapi Jelok Boyolali untuk berteduh, dalam satu kali panen, ia bisa mendapat puluhan juta.

“Satu kali musim panen saya bisa dapat omzet Rp10 juta,” pungkasnya . (YD).

Halaman ini telah dilihat: 86 kali
Mari berbagi:

Berita Lainnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *