BREBES (iPOLICENews) – Pengagum Bung Karno Kecamatan Paguyangan Kabupaten Brebes Jateng menggelar Seni budaya tradisional Ebeg Wahyu Sejati Muda pimpinan Ki Harjo Mino bertempat di halaman Ricemil Dukuh Cujoho Desa Pakujati, Senin malam 10 Oktober 2022.
Hadir dalam pagelaran seni budaya EBEG Kanit Intel Aiptu Budi Purnomo, Kanit Binmas Aiptu Mama. S, Polsek Paguyangan dan Intel Kodim Brebes Sertu Sunaryo serta Ketua PAC PDI kecamatan Paguyangan Ferri Agrianto.
Pergelaran seni budaya Ebeg yang diselenggarakan atas suport Paguyangan bangkit PAC PDI Perjuangan Kecamatan Paguyangan dan teman pecinta Ebeg. Antusiasme warga terlihat ratusan warga Desa Pakujati khususnya umumnya Brebes wilayah Selatan berbondong menyaksikannya. Acara di mulai pukul 20.00 WIB, Senin malam Selasa Kliwon.
Menurut ketua panitia pengagum Bung Karno Andika Tri Agni mengatakan, Ebeg merupakan bentuk kesenian tari daerah yang berasal dari Kabupaten Banyumasan, Ebeg menggunakan boneka kuda yang terbuat dari anyaman bambu dan kepalanya diberi ijuk sebagai rambut.
Tarian Ebeg menggambarkan perjuangan seni budaya kearifan lokal ini banyak di sukai masyarakat
“Tarian Ebeg menggambarkan prajurit perang yang sedang menunggang kuda. Gerak tari yang menggambarkan kegagahan prajurit,” tuturnya.
Diungkapkan Andika masyarakat pengagum Bung Karno di Kecamatan Paguyangan Support dengan tema,
“Paguyangan Bangkit Menuju Bulan Kebangkitan.” Kita bangkit berkepribadian dalam kebudayaan sebagai bentuk revolusi suatu bangsa, melalui idee-idee atau ajaran bung Karno yaitu Trisakti yang sila ketiganya adalah berkepribadian dalam kebudayaan sebagai bentuk revolusi suatu bangsa,” ungkapnya
Di Katakan Andika, Ebeg atau Kuda lumping perkirakan kesenian ini sudah ada sejak abad 9, tepatnya ketika manusia mulai menganut aliran kepercayaan animisme dan dinamisme.
“Salah satu bukti yang menguatkan Ebeg dalam jajaran kesenian tua adanya bentuk-bentuk in trance (kesurupan) atau wuru. Bentuk-bentuk seperti ini merupakan ciri dari kesenian yang terlahir pada zaman animisme dan dinamisme,” ucapnya.
Terlihat penonton antusias menyaksikan pagelaran Ebeg walaupun gerimis rintik rintik tidak goyah untuk pulang , penonton mendengarkan lagu-lagunya yang banyak menceritakan tentang kehidupan masyarakat tradisional, terkadang berisi pantun, wejangan hidup dan menceritakan tentang kesenian Ebeg itu sendiri,terdengar dinyanyikan dalam pertunjukan Ebeg hampir keseluruhan menggunakan bahasa Jawa Banyumasan atau biasa disebut Ngapak lengkap dengan logat khasnya Banyumasan.
“Beberapa contoh lagu-lagu dalam Ebeg yang sering dinyanyikan adalah Sekar Gadung, Eling-Eling, Ricik-Ricik Banyumasan, Tole-Tole, Waru Doyong, Ana Maning Modele Wong Purbalingga dan lain-lain.” Pungkasnya.(Al)



