OLAHRAGA (iPOLICENews) – Jemparingan, olahraga panahan tradisional yang kaya akan makna filosofi dan kebudayaan, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah Kerajaan Mataram. Merupakan warisan budaya yang dilestarikan hingga saat ini, Jemparingan mengundang kita untuk menjelajahi lebih dalam tentang kearifan lokal yang terkandung di dalamnya.
Olahraga ini, yang berasal dari kata “Jemparing” yang berarti memanah, tidak sekadar tentang kemahiran memanah fisik semata, tetapi juga mengajarkan pelajaran berharga tentang kehidupan. Agung Susila, pengurus Jemparingan Pura Pakualaman, menjelaskan bahwa setiap gerakan di dalam Jemparingan memiliki makna filosofis yang dalam.
Menurut Agung, Jemparingan dimulai dari hati dan ditarik dengan rasa. Ini adalah olah rasa, yang mengajarkan kita tentang fokus, konsentrasi, pengendalian diri, kesabaran, keberanian, ketulusan, dan tanggung jawab. Dalam setiap tembakan panah, terdapat cerminan dari keadaan batin seseorang.
“Jemparingan tidak hanya berbeda dalam teknik memanahnya, tetapi juga dalam tata cara dan etiketanya. Para pemanah duduk bersila, mencerminkan kesetaraan dan keseimbangan. Mereka mengenakan pakaian tradisional khas Mataraman, yang memiliki aturan tertentu yang menghormati nilai-nilai budaya dan adat istiadat.” Ujarnya, Minggu (2/6/24).
Selain itu, ada perbedaan dalam penggunaan istilah dan peralatan dalam Jemparingan. Dalam olahraga ini, busur disebut Gandewo, sedangkan wong-wongan atau bandulan adalah sasarannya. Gerakan memanahnya juga dilakukan dengan gaya khas Mataram, menunjukkan warisan budaya yang kaya dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Jemparingan bukan sekadar olahraga, tetapi juga simbol dari kebudayaan dan kearifan lokal yang terus hidup. Melalui perlombaan dan sayembara yang rutin diselenggarakan, warisan budaya ini terus dilestarikan dan diperkenalkan kepada generasi muda. Dengan demikian, Jemparingan tidak hanya menjadi bagian dari sejarah Kerajaan Mataram, tetapi juga dari masa depan yang terus berkembang.
Dalam setiap tembakan panah yang dilepaskan, terdapat cerita tentang kesungguhan, ketelitian, dan kebijaksanaan yang diturunkan dari leluhur. Jemparingan bukan hanya sekadar olahraga, tetapi juga titik temu antara masa lalu, kini, dan masa depan, di mana kebijaksanaan dan kearifan lokal tetap menginspirasi dan membimbing kita. (SR/IPN)