TEGAL (iPOLICENews) – Ada yang beranggapan mereka terputus dari yang sudah tiada dan yang sudah tiada dianggap tak ada, padahal tak ada bagi bola mata kepala, tapi bagi mata hati ada (riil). Dan itu mustahil hilang karena hati punya kinerja namanya mengenang , tanda hati hidup mengenang, tanda masyarakat hatinya hidup karena selalu mengenang ” ungkap Kyai Budi Harjono.
Ungkapan tersebut pada acara Maulid Nabi dan Khaul Tradisi ke 37 Makbaroh Darussalam Dukuh Wanagopa desa Kreman Kecamatan Warureja Kabupaten Tegal (08/09/2024) ,diiringi Majlis Sholawat Al Munsyid Tegal .
Pengajian dan Khaul dihadiri Kepala Desa Kreman Wahyono serta perangkat desa , tokoh Agama , tokoh masyarakat
Serta ratusan pengunjung dari luar desa dan masyarakat setempat.
Usai ceramah Khaul Tradisi KH.Budi Harjono dari Semarang.saat diwawancarai awak media mengatakan,
Kita selalu mengungkapkan bahwa metafora hidup itu seperti pohon dalam bahasa Arabnya syajaroh, hidup ini sejarah relasi antara pohon dan akar dan itu saling kontribusi digambarkan metafora gampang dicernakan orang .
“Jasat itu mengenang masuk ke hati seperti nostalgia peradaban , siapapun kalau temanya khaul dari luar kota datang seperti lebaran mudik.” Tuturnya.
Ia ungkapkan.Masyarakat tentu memandang apabila kita sudah tiada, itu sudah selesai, mereka hidup bertahan menuruti peraturan, mereka tinggal mengisi keasyikan.Memang masalah ada tapi ketenangan bukan terletak tanpa masalah tapi kecerdasan mengatasi masalah sebagaimana yang dimiliki oleh Rasulullah SAW dan dicontohkan langsung oleh Rasulullah.
Ditambahkan KH. Budi Haryono.bahwa, Sunah yang jumlahnya 77 lebih itu dibagi 2 Aziz sama Haris , kalau orang larut melahirkan sesuatu terpercik tadi dilahirkan didalam peradaban kampung, ya sudah kita ikut larut dalam samudra
Cinta semesta Rasulullah.
“Jadi maulud itu tidak hanya soal memperingati tapi lahirkan percikan tadi didalam peradaban, Maulid dilahirke dizohirke ditunjukkan dibuktikan jadi indah . Terhadap alam juga begitu kita lihat misal pohon layu kita berusaha menyirami, orang yatim disantuni dan sebagainya “jelas kyai
Ceramah kyai bervariasi ternyata dilatarbelakangi ilmu dakwa , “bagaimana orang harus , ibarat masakan itu orkestra rasa kalau musik orkestra Nada kalau kebun orkestra tumbuhan kalau manusia orkestra cinta. Cinta itukan campuran adonan.Bukan hanya seneng tapi disana ada rindu ada sendu ada riang this is Of Love ” pungkasnya.(B.Sugiarto/Alex/IPN)