Efisiensi Anggaran Pendidikan Sragen: Renovasi Sekolah Ditunda, Regrouping Jadi Opsi

SRAGEN (iPOLICENews) – Kebijakan pengurangan dana transfer dari pemerintah pusat membawa dampak besar bagi penyelenggaraan pendidikan di Kabupaten Sragen. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) setempat kini dihadapkan pada tantangan untuk melakukan efisiensi anggaran tanpa mengorbankan kualitas layanan pendidikan.

Kepala Disdikbud Sragen, Prihantomo, mengakui bahwa pengurangan anggaran tersebut tidak dapat dihindari akan memengaruhi sektor pendidikan. Namun, pihaknya berkomitmen agar proses belajar mengajar tetap berjalan optimal meski harus dilakukan berbagai penyesuaian.

“Dampaknya pasti ada, tetapi pendidikan harus terus berjalan. Kami akan menyesuaikan dengan kondisi anggaran yang ada,” ujarnya, Senin (4/11/25).

Salah satu langkah efisiensi yang kini dilakukan ialah menunda sejumlah proyek renovasi sekolah. Menurut Prihantomo, kebijakan ini diterapkan dengan pertimbangan prioritas. Hanya sekolah yang kondisi bangunannya dinilai mendesak untuk diperbaiki yang akan mendapat alokasi dana perbaikan.

“Kalau bangunannya masih aman digunakan, perbaikannya akan kami tunda terlebih dahulu,” jelasnya.

Selain efisiensi di bidang fisik, penghematan juga diterapkan pada kegiatan non-fisik, seperti pelatihan guru dan tenaga pendidikan. Kegiatan diklat kini diarahkan untuk dilakukan secara daring guna memangkas biaya perjalanan dan akomodasi.

Tak berhenti di situ, Disdikbud Sragen juga tengah mengkaji opsi regrouping atau penggabungan sekolah sebagai langkah strategis untuk menekan kebutuhan anggaran, terutama dalam hal gaji dan tunjangan guru.

“Contohnya, jika dua sekolah dasar membutuhkan total 12 guru, setelah digabung cukup 6 guru saja. Sisanya bisa kami alihkan ke sekolah lain yang kekurangan tenaga pendidik,” terang Prihantomo.

Meski demikian, kebijakan regrouping ini tidak akan diterapkan secara menyeluruh. Hanya sekolah-sekolah yang lokasinya berdekatan dan memiliki jumlah siswa sedikit yang akan dipertimbangkan untuk digabungkan.

Prihantomo menegaskan bahwa efisiensi bukan berarti mengorbankan mutu pendidikan. Melalui pengelolaan anggaran yang lebih ketat dan strategi distribusi tenaga pengajar yang efektif, pihaknya optimistis kualitas pendidikan di Sragen tetap dapat terjaga.

“Kami berusaha agar layanan pendidikan tetap maksimal meskipun dalam kondisi anggaran terbatas,” tegasnya.

Keterbatasan dana memang menjadi tantangan tersendiri bagi dunia pendidikan daerah. Namun, langkah-langkah efisiensi yang terarah diharapkan mampu menjaga keberlanjutan program pendidikan sekaligus memastikan setiap anak di Sragen tetap mendapatkan haknya untuk belajar dengan layak. (Joko S/IPN)

Halaman ini telah dilihat: 4 kali
Mari berbagi:

Berita Lainnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *