Mencegah Stunting Lewat Kebun Mandiri

SEMARANG (iPOLICENews) – Penanganan permasalahan stunting atau gagal tumbuh menjadi program nasional beberapa instansi pemerintah. Media ini beberapa waktu lalu  (29 Juni 2021) mengekspose Indonesia pada urutan keempat di dunia dan kedua di  Asia Tenggara dalam stunting.

Sebesar 30% – setara 7 juta  balita atau rata-rata 1  dari 3 anak balita mengalami stunting. Tahun 2018 jumlah turun sekitar 7% dari tahun 2013. Jumlah stunting tahun  2019  sebesar  27,67%, berhasil  ditekan dari 37,8  %, sementara toleransi maksimal stunting dari WHO harus kurang dari 20%.

Venetia R Dannes, Deputi Bidang Partisipasi Masyarakat Kemen PPPA mengatakan stunting adalah gagal tumbuh anak balita karena kekurangan  gizi secara  kronis atau infeksi  terutama pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK), 270 hari pada kehamilan dan 730 pada 2 tahun pertama, mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak  dari standar usia.

Akibat lebih jauh,  berkurangnya  IQ secara signifikan menyebabkan rendahnya pencapaian sekolah, penghasilan rendah di masa depan. “Negara akan menanggung biaya  2 – 3% dari domestik  bruto atau sekitar 300 triliun rupiah.” Kata Venetia. Penyebab terjadinya stunting selain gizi antara lain juga permasalahan sosial, ekonomi, budaya dan KDRT.

Cegah Stunting dengan Membangun Kualitas Ketahanan Keluarga ditangkap oleh Dinas Pertanian dan Dinas Ketahanan Pangan Kota Semarang dengan  memberikan penyuluhan  pada komunitas yang berhubungan permasalahan itu, diantaranya  berkebun atau bertani di perkotaan.

Kelompok Wanita Tani Puspitasari RW 3 Kelurahan Sampangan adalah 1 dari 200 jumlah KWT di Semarang yang memperoleh penyuluan tentang ketahanan pangan, Kamis  (23/9) kemarin.

Program penanganan stunting harus dilaksanakan serentak agar SDM Indonesia menjadi unggul seperti yang selalu didengungkan pemerintah. Indonesia unggul, tangguh.

“ Semboyan makanan 4 sehat 5 sempurna, sejak 2018 diganti .  Kini menjadi B2SA, pangan Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman” , kata  Enong Wulan Juni S.Kel dari Dinas Ketahanan Pangan.

Kepada anggota KWT Puspitasari yang sebagian diantaranya juga menjadi kader Posyadu, dan Pendamping Ibu Hamil, Enong Wulan mengharapkan hendaknya juga memperhatikan lingkungan. “Masalah protein, lemak, karbohidrat, sayur, buah ibu-ibu sudah paham. Perlu juga memperhatikan lingkungan. Menghindarkan air dari tercemarnya limbah yang tidak sehat, “ tandasnya.

Sebelumnya Sunarti dari Dinas Pertanian menjelaskan tentang pembasmi hama atau pestisida. dan menghimbau untuk membiasakan memakan buah, sayur yang bebas dari pembasmi hama yang dibuat dari bahan kimia demi kesehatan.

Kelompok Wanita Tani Puspitasari dibentuk pada 2018 atas prakarsa  Atik Setiyati,  guru di SMAN  yang tertarik ketika mendengarkan ceramah  penyuluh lapangan pertanian di tempat ia mengajar.

Selain memberi manfaat hasil tanamannya berbagai  sayur dan buah yang sehat, juga makin mengakrabkan warga.

“Diatur siapa petugas piket, dan apa yang harus dilakukan setiap harinya. Bersyukur pernah menjadi juara lomba, menjadi tutor cara menanam di KWT lain,” kata Aryani ketua  KWT Puspitasari. (Nn)

Halaman ini telah dilihat: 6 kali
Mari berbagi:

Berita Lainnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *