Roti Tart Kustom Semarang Kebanjiran Orderan Hingga 75 Persen

SEMARANG (iPOLICENews) – Pada perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru), permintaan roti tart kustom seperti membentuk karakter binatang, butiran salju hingga tokoh Santa Claus meningkat 75 persen. Hal itu yang dialami oleh Dyah Retnaji Titisari warga Jalan Taman Suryo Kusumo Tlogosari, Kota Semarang, seorang wirausaha pembuat kue serta berbagai macam roti.

Menariknya, usaha miliknya tak seperti pembuat makanan ringan umumnya. Melainkan, ia menawarkan jasa pemesanan pembuatan roti tart kustom, jadi pembeli bisa memasan sesuai keinginan dan berbagai bentuk hingga rasa.

Apalagi menjelang perayaan Nataru, Dyah yang sudah melakoni pembuatan roti tart kustom selama 10 tahun tersebut ikut mendapatkan berkah lantaran pesanan roti tart berbentuk pernik Natal meroket.

Dyah Retnaji Titisari merasakan dampak baik perayaan Nataru karena perminataan melonjak hingga 75 persen.

“Sudah dari pekan lalu permintaan terus berdatangan, ya berkah buat saya jalan perayaan Natal tahun ini,” ujarnya, Sabtu (25/12/21).

Permintaan terus berdatangan, ia mengaku pembuatan roti hanya dibantu oleh sang suami saja. Meskipun setiap harinya belasan tart harus dibuat, yang membuat mereka sempat kewalahan untuk memenuhi pesanan pelanggan.

“Karena yang membantu saya hanya suami jadi saat banyak pesanan, kami juga kewalahan. Karena tak jarang membuat 15 hingga 20 tart padahal untuk membuat satu tart membutuhkan waktu sekitar 4 jam,” ungkapnya.

Dyah yang menamai usaha rumahannya dengan nama Shereenacakes itu mencatat, sejak awal Desember hingga kini sudah membuat ratusan tart pesanan untuk Nataru.

“Kalau ratusan mungkin sudah ada, meski masih pandemi namun prosesntase pemesan sudah pulih seperti sebelum pandemi,” paparnya.

Saat ditanya terkait harga, ia menanggapi bahwa tart kustom buatannya paling murah hanya dibandrol harga Rp 250 ribu. Hal itu sesuai dengan tingkat kesulitan pesanan.

“Paling kecil ukuran 16 sentimeter Rp 250 ribu, untuk 18 sentimeter Rp 350 ribu, namun ada juga yang lebih mahal. tapi tergantung tingkat kesulitan pesanan karena tak jarang banyak karakter ataupun model yang biasanya dipesan oleh pelanggan untuk ditempatkan di atas tart,” ucapnya.

Hingga saat ini, perempuan yang seringkali menjadi pelatih di Balai Latihan Kerja Kota Semarang itu menjelaskan, pemesan tart buatannya kebanyakan warga Kota Semarang.

“Meski ada yang dari luar daerah tapi tidak sebanyak dari dalam Kota Semarang. Untuk pemasaran saya lakukan melalui media sosial seperti Intargram,” terangnya.

Di sela-sela kesibukannya itu, Dyah menerangkan, kemasan juga sangat berpengaruh terhadap penjualan produk buatannya.

“Banyak faktor yang harus diperhitungkan, misalnya rasa, bahan yang benar-benar bermutu, kemasan, serta warna dan pemasaran,” katanya.

Dalam kesempatan tersebut, ia juga memberikan tips untuk para wirausahawan muda yang masih mencoba mengembangkan produk.

“Intinya jangan takut gagal, tetap semangat, masalah laku atau tidak jangan terlalu dipikirkan, yang paling penting adalah percaya diri terlebih dahulu,” paparnya. (DK)

Halaman ini telah dilihat: 52 kali
Mari berbagi:

Berita Lainnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *